Assalamu’alaikum Wr. Wb
Allah menguji tiap – tiap hambanya dengan kehendaknya. Ada yang berat menurut umum ada yang ringan- ringan saja sampai akhir hayat padahal sama – sama menanggung laa ilaaha illallah.
Seseorang mengatakan bahwa bala’ tidak boleh ditolak. Saya bingung mencermati kata kata ini. dalam referensi syari’at ada sholat lidaf’il bala’, ada shodaqoh lidaf’il bala’ ada do’a lidaf’il bala’ kenapa bala’ tidak boleh ditolak.
Saya mencoba menjawab sendiri pak Luqman nanti njenengan meluruskan, kalau seseorang itu yang justru salah. Segala yang datang adalah kata njenengan cara Allah mencintai kita, kemudian diberikan bala’ yang berbeda-beda adalah cara Allah mencintai hamba yang berbeda-beda menurut kehendaknya bukan menurut besaran cinta dari arah hamba kepada Tuhannya.
Kalau tanda cinta itu ditolak dalam arti melawan atau menyalahkan si pemberi jelas itu akan melukai arti cinta. Kita tetap diperbolehkan meminta dijauhkan dari bala’ dalam artian bahwa kita minta diselamatkan dari cara yang salah menerima bala’.
Mohon penjelasan yang lebih jauh hakikat dan ma’na harfiahnya, bermakna positif atau negatif?
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
– Muhamad Khamim /khami_mi@yahoo.co.id
Masalahnya adalah yang tersembunyi dibalik bala’ itu sendiri. Jadi jika seseorang memohon agar dijauhkan bala’, atau sedekah menolak bala’, atau istighotsah agar dijauhkan bala’, yang harus pula yang dipandang adalah hakikatnya bala’.
Bala’ yang ditolak adalah bala’ yang mengandung adzab. Karena bala’ itu ada yang nikmat, ada yang pahit, ada yang suka dan ada yang duka. Bala’ itu sendiri artinya ujian yang berat. Dan dalam hidup ini, tidak lepas dari ujian itu.
Jadi bagi mereka yang mengatakan bahwa bala’ tidak boleh ditolak adalah memaknai secara hakikat, dan mana ada bala’, apabila seseorang menerimanya dengan hati rela dan lapang?
Namun secara syari’at orang harus berdoa agar dijauhkan dari bala’, dan jika dijauhkan berarti ia jauh dari bala’ yang disertai azab. Hakikat azab adalah terhijab dari Allah Ta’ala.
Bagi mereka yang tidak mau menolak bala’ tapi ketika datang bala’ ia masih mengeluh, berarti ia harus kembali ke syariat tolak bala’.
Ada tingkatan orang yang merespon bala’ dengan menolak datangnya bala’
Ada tahap dimana bala’ adalah ujian untuk meningkatkan kualitas derajatnya. Ia respon dengan sabar dan ridlo.
Ada tahap bala’ dimana seseorang meresponnya dengan hati yang gembira, karena Allah juga Sang Pengujinya, bukan fenomena dan gejala alam atau lainnya.