Asal Usul Tarekat Malamatiyah

Harus dibaca juga..

Banyak tarekat yang ada di dunia saat ini. Salah satunya adalah Tarekat Malamatiyah. Tarekat ini berkembang pertama kali di Naisabur, Khurasan. Di Indonesia Tarekat Malamatiyah memang kurang dikenal jika dibandingkan dengan Tarekat Qodiriyah, Naqsyabahdiyah, Syadziliyah dan lain lain.      

Malamatiyah pertama kali ditulis oleh Abu Abdurahman al-Sulami pada abad ke-11. Ulama ini adalah salah satu pengikut Tarekat Malamatiyah dan sebagai salah pembelanya.  Tarekat Malamatiyah berkembang pada abad ke 3 H dan juga dikenal dengan nama Tarekat Qusyariyah. Nama tersebut dinisbatkan kepada Syekh Hamdun bin Ahmad bin Amarah al-Qashar. Lewat beliau tarekat Malamatiyah ini kemudian menyebar di berbagai belahan dunia. Namun dari garis sanadnya ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Tarekat Malamatiyah disandarkan kepada Abu Hafs al-Haddad al-Malamati.

Menurut riwayat sanad Syekh Abu Hafs al-Haddad al-Malamati bersambung kepada Syaikh Syaqiq al-Balkhi dan kemudian kepada Ibrahim ibn Adhan bin Mansur bin Zaid bin Jabir bin Tsa’labah bin Ajali. Setalah itu terus bersambung kepada Hasan Basri hingga Saiyidina ‘Ali  sampai Nabi Muhammad SAW.

Adapun dasar-dasar tarekat Malâmatiyah Syekh Abu Hafs al-Haddad al-Malamati adalah bagai berikut

  1. Kaum yang mengisi waktu dengan beribadah kepada Allah SWT yang Haq;
  2. Selalu menjaga sirrinya;
  3. Mereka mencela diri sendiri ketika macam-macam ibadah yang dilakukan diketahui orang lain;
  4. Mereka menampakkan perbuatan-perbuatan yang jelek dan menyimpan rapat-rapat kebaikannya sehingga orang lain mencelanya karena yang mereka lihat adalah perbuatan lahir semata;

Menurut Al Hujwiri, pengikut tarekat ini akan mencela diri sendiri jika orang lain mengetahui sisi batinnya. Hal ini ada benarnya sebagaimana pendapat Syekh Syihabuddin Abi Hafs Umar al-Suhrawardi yang mengatakan bahwa Malamatiyah bisa diartikan dengan orang-orang yang mengharapkan hinaan dan cacian terhadap diri sendiri.

Maksudnya adalah meyakini bahwa diri tidak memiliki bagian apapun di dunia ini secara mutlak, mereka merasa tenang dan bahagia ketika dicela karena mereka berkeyakinan bahwa dirinya sangat jelek, hal ini dilakukan untuk melawan tabiat nafsu yaitu suka pamer atau riya’, cinta dunia, jabatan.

(Disarikan dari buku Sabilus Salikin terbitan Pondok Pesantren Ngalah )

Nurul Huda

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.