Al- Junayd al-Baghdady
TAUHID (1)
Al-Junaid bin Muhammad – rahimahullah – ditanya tentang kaum Sufi, “Siapa mereka?” Ia menjawab, “Mereka adalah kaum pilihan Allah dari makhluk-Nya yang Dia sembunylkan tatkala Dia menyukai dan Dia tampakkan tatkala Dia menyukai pula.”
“Tauhid adalah menunggalkan Yang Maha Dahulu (Qidam) dari yang datang kemudian (huduts).”
Al-Junaid rahimahullah ketika ditanya tentang Tauhid mengatakan, “Tauhid adalah pengesaan seorang muwahhid (yang manunggal dengan Allah) dalam merealisasikan Wahdaniyyah-Nya dengan kemahasempurnaan Ahadiyyah-Nya. Dimana Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan, dengan meniadakan segala persamaan, sepadan, serupa dan berbagai bentuk peribadatan (penghambaan) kepada selain Dia. Tuhan Yang tidak bisa diserupakan, dikondisikan dengan bagai¬mana, digambarakan dan tidak pula dapat dimisalkan. Tuhan Yang Maha Esa, Mahakekal, Mahatunggal Yang tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Al-Junayd mengatakan, “Tauhid adalah ilmu Anda, dan ikrar Anda bahwa sesungguhnya Allah swt. adalah Tunggal dalam Azali-Nya, tak ada dua-Nya, dan tak sesuatu pun yang mengerjakan pekerjaan-Nya.”
Dikatakan oleh al-Junayd, bahwa sebagian ulama bertanya soal tauhid. Kemudian dijawab al-Junayd, “Tauhid adalah keyakinan.”
“Jelaskan padaku, apa tauhid itu?” demikian kata si penanya. “Tauhid adalah ma’rifat Anda, bahwa segala gerak makhluk dan diamnya merupakan pekerjaan Allah swt, Dia Maha Esa tidak berkawan. Apabila anda sudah berpandangan demikian, nda telah menauhidkan_Nya,” jawab Junayd.
Al-Junaid ditanya lagi tentang Tauhid. Maka ia menjawab, “Tauhid adalah suatu makna, dimana berbagai gambaran hilang di dalamnya, dan berbagai ilmu pun musnah di dalamnya. Sedang¬kan Allah swt. akan senantiasa Eksis dan tidak pernah lenyap.”
Al Junaid ditanya tentang Tauhid orang-orang khusus (khas), ia menjawab, “Adalah dimana seorang hamba hanya merupakan bayangan yang tak bisa berbuat apa-apa di hadapan Allah Azza wa Jalla, dimana perbuatan-perbuatan Allah dan segala yang diaturnya berlaku padanya sesuai dengan aturan-aturan hukum dan Ke¬kuasaan-Nya, dalam kedalaman samudra Tauhid-Nya, dengan fana (sirna) dari dirinya, doa orang lain (makhluk) untuknya dan pemenuhan terhadap hakikat-hakikat eksistensi Kemahaesaan (Wahdaniyyah)-Nya dalam hakikat kedekatannya, dengan hilang¬nya rasa dan gerakannya. Karena al-Haq sendiri Yang menjalankan segala perintah yang diinginkan Nya. Di mana akhir perjalanan seorang hamba kembali dalam kondisinya yang pertama. Sehingga pada saat ini ia seperti sebelum ia ada.”
Al-Junaid juga berkata, “Tauhid adalah keluar dari kesempitan bentuk-bentuk temporal menuju ke hamparan luas keabadian dan kekekalan.”
Jika ada orang bertanya, Apa makna pendapat al Junaid yang mengatakan, ‘Di mana akhir perjalanan seorang hamba kembali dalam kondisinya yang pertama. Sehingga pada saat ini ia seperti sebelum ia ada’.” Maka jawabannya adalah sebagaimana yang difirmankan Allah Azza wajalla:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi (tulang rusuk) mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menyaksikani.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat, kamu tidak menga¬takan, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan). ” (Q.s. al Nraf 172).
Al-Junaid mengemukakan tentang makna ayat tersebut, “Darimana ia berada, bagaimana ia berada sebelum saat ini ada? Bukan-kah yang menjawab pada saat itu adalah ruh-ruh yang memper¬lihatkan Kekuasaan Allah dan melaksanakan seluruh titah-Nya? Maka keberadaannya sekarang, pada hakikatnya sama seperti sebelum ia ada. Dan inilah puncak hakikat Tauhid kepada Dzat Yang Maha Tunggal, yakni hendaknya keberadaan seorang hamba, seperti sebelum ia ada. Sementara Allah swt. senantiasa ada dan tetap eksis.”
(KHM LUQMAN HAKIM)
Dinukil dari buku PANGERAN SUFI AL-JUNAYD ALBAGHDADY yang ditulis oleh KHM Luqman Hakim, penerbit (Cahaya Sufi 2015)