“Dan Allah mengajari Adam semua nama-nama, kemudian Allah mengemukakannya kepada malaikat, lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda-benda itu jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar.!”
Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Allah berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, sesungguhnya Aku Mengetahui rahasia langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu tampakkan dan kamu sembunyikan.”
Ayat di atas merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya mengenai “protes Malaikat” kepada Allah Ta’ala, soal khilafah bumi.
Allah mengajarkan nama-nama benda semesta itu melalui hati Adam as, sehingga ia mengenal hakikat benda-benda itu, manfaat dan bahayanya, lalu Adam as, mempresentasikan nama-namanya secara keseluruhan.
Pengakuan malaikat atas kelebihan-kelebihan Adam atas diri mereka merupakan bagian dari rahasia-rahasia Allah Ta’ala. Di samping manusia merupakan ahsanu taqwim, manusia merupakan prototipe “Cermin Ilahi” yang memancarkan Nur Muhammad, di mana, malaikat adalah bagian dari Nur Muhammad itu.
Allah mengetahui rahasia langit dan bumi, yang tidak diketahui oleh para malaikat, sesungguhnya adalah rahasia mahabbah dan ma’rifah yang dilimpahkan pada manusia. Para malaikat pun dilimpahi Kasih sayang-Nya dengan menyebutkan, “Aku Maha Tahu apa yang engkau tampakkan.” Maksudnya yang tampak pada para malaikat tentang manusia adalah mafsadah-mafsadah (kerusakan) yang muncul dari perpaduan antara jasad dan ruh yang suci, yang menimbulkan nafsu. Sementara Allah juga menyebutkan, “Apa yang kamu sembunyikan,” yaitu berupa penyucian-penyucian dan tasbih para malaikat kepada Allah Ta’ala.
Informasi mengenai pengetahuan semesta, secara universal telah dilimpahkan oleh Allah ta’ala kepada Adam as. Pada ayat tersebut jelas, bagaimana, pengetahuan malaikat terhadap informasi alam semesta dan hakikat-hakikatnya, harus melewati pengetahuan Adam as. Dan kelak keunggulan Adam itulah yang menjadikan dirinya ditakdirkan sebagai Khalifatullah fil Ardl..
Manusia memiliki kekuatan potensial untuk membangun peradaban bumi. Sementara malaikat akan terus menerus menyucikan Allah dan mentasbihkan Allah SWT.
Tetapi mahabbatullah dan ma’rifatullah itulah puncak prestasi manusia yang secara ‘ubudiyah merupakan bentuk lain dari Makhluk Unggulan Allah Ta’ala. Dari sana pula manusia mesti belajar merefleksikan dirinya, apakah kelak ia akan menjadi asfala safilin, atau makhluk paling rendah dan hina, karena jauh dari mahabbah dan ma’rifah, bahkan menjadi kafir atau sebaliknya ia akan menjadi ahsanu taqwim, manakala ia beriman dan beramal saleh. Beriman berarti meyakini, mencitai dan ma’ritaullah sebagai puncaknya, lalu teraksentuasikan dalam kerja kreatif peradaban yang saleh. Suatu kreasi manusia yang didasarkan pada keimanan yang dalam, dan berujud kesalehan sehari-hari.