Diriwayatkan bahwa Rasulullah tidak suka dengan cara hidup kaya dan sama sekali tidak takut miskin. Dalam hidup yang ditempuh bersama keluarganya, pernah selama satu dan dua bulan tidak mengepulkan asap dapurnya karena tidak ada bahan untuk memasak roti. Makanan utamanya hanyalah dua: kurma dan air. (H.r. Bukhari-Muslim dari Aisyah dan Abu Ya’la dari Abu Hurairah).
Diriwayatkan pula, bahwa istri-istrinya disuruh memilih antara dunia dengan Allah dan Rasul-Nya. Mereka kemudian memilih Allah dan Rasul-Nya. Dalam peristiwa ini turun dua ayat dalam surat al-Ahzab:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, ‘Jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya aku berikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah inenyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antara kalian pahala yang besar’.”(Q.s. al Ahzab: 28 9).
Dan di antara doanya ialah: “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah aku bersama golongan orang-orang miskin.” (H.r. Tirmidzi, Ibnu Majah dari Said al Khudri dan athThabrani dari Ubadah bin Shamit. Namun Ibnu al-Jauzi dan Ibnu Taimiyah menganggapnya sebagal Hadis Maudhu’).
Dan di antara doanya pula: “Ya Allah karuniakanlah rezeki kepada keluarga Muhammad makanan pokok yang cukup sehari dalam setiap hari.” (H.r. Bukhari Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Abu Said al-Khudri dalam menerangkan sifat-sifat Rasulullah sebagaimana yang diriwayatkannya: Rasulullah itu mengenakan pakaian wool kasar dan juga mengikat unta, menyiram tanaman, menyapu rumah, menambal sandal, menambal pakaian, memerah susu kambing, makan bersama pembantunya, tak segan-segan menumbuk gandum jika pembantunya letih, tidak malu untuk memanggul barang-barangnya dan pasar ke rumah keluarganya. Beliau juga selalu bersalaman dengan orang-orang kaya dan miskin. Selalu yang pertama (memulai) mengucapkan salam, tidak pernah menolak orang yang mengundangnya, tidak pernah meremehkan hidangan yang disuguhkan sekalipun hanya berupa kurma yang paling jelek.
Beliau sangat lembut perangainya, berwatak mulia, luwes cara bergaulnya, wajahnya berseri-seri, selalu tersenyum dan tidak pernah tertawa berbahak-bahak. Bila sedih tak pernah kelihatan kusut dan cemberut. Rendah hati tanpa harus rendah diri, dermawan tapi tidak boros. Hatinya lembut, selalu tunduk dan diam, pengasih kepada setiap muslim. Tidak pernah besendawa karena kenyang, dan tidak pernah mengulurkan tangannya kepada makanan (yang jauh).
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah itu lebih dermawan daripada angin yang bertiup secara bebas.” (H.r. Bukhari Muslim).
Rasulullah saw. pernah memberi kambing sebanyak antara dua gunung kepada seseorang. Kemudian orang itu pulang ke kabilah (suku)nya dan berkata, “Sesungguhnya Muhammad memberi kepada seseorang sebagaimana pemberian orang yang tidak pernah khawatir jatuh miskin.” (H.r. Imam Ahmad dan Muslim dari Anas).
Rasulullah bukanlah sosok yang suka berteriak-teriak, tidak juga sosok yang suka berkata kotor dan keji. (H.r. Tirmidzi).
Nabi Muhammad saw. makan di atas tanah, duduk di atas tanah, memakai baju mantel, duduk bersama-sama orang miskin dan berjalan di pasar. Beliau sering kali menjadikan tangannya sebagai bantal, dan mencukur sendiri. Tidak pernah tertawa lebar-lebar, tidak pernah makan sendirian, tidak pernah memukul pembantu (budak)nya sama sekali dan tidak pernah memukul seorang pun dengan tangannya kecuali demi membela agama Allah. Beliau tidak pernah duduk bersila, tidak pernah makan sambil bersandar.
Beliau pernah bersabda, “Aku makan sebagaimana makannya seorang hamba dan aku duduk sebagai mana duduknya seorang hamba.” (H.r. Saad, Abu Ya’la, Ibnu Hibban dan Tirmidzi dari Aisyah)
Diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. pernah mengikat batu di perutnya untuk mengganjal rasa lapar. Padahal andaikan beliau mau memohon kepada Tuhannya untuk menjadikan Gunung Abu Qubais sebagai emas tentu Dia akan mengabulkannya. (H.r. Bukhari-Muslim dari jabir dan Tirmidzi dari Abu Thalhah).