Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pak KH Luqman Hakim, maaf saya ingin bertanya, kenapa saya akhir2 ini sering mengkritik orang-orang di sekitar saya , namun di dalam hati yah? Apakah ini termasuk nafsu lawamah yang suka mengkritik?
Tterkadang rasa mengkritik itu menjadi rasa benci dan ingin menjauh tapi kadang merasa kasihan kepada ‘mereka’ dalam konteks ‘mereka buta dengan dunia tasawuf dan ilmu keislaman lainnya. Soalnya saya benar-benar tidak suka dengan orang yang tidak menghargai ilmu Islam alias tidak mengaji. Jazakumullah khoir.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Singgih – aysayamandiri@xxxx.com
Jawab:
Tentu dalam soal mengkritik, menurut agama ada adabnya. Adab secara lahiriyah, anda sampaikan kritik anda dengan penuh bijak, arif dengan nasehat yang bagus. Berargumen dengan lebih baik (lebih mengedepankan pandangan Ilahi dan Rasul serta akal sehat). Jangan sampai argumen kita sebanding dengan yang anda kritik. Kalau orang mencerca anda, lalu anda balik mencerca, itu menjadi semakin buruk akibatnya pada kedua belah pihak. (Wajaadilhum billati hiya ahsan) Berilah argumen yang lebih baik.
Namun secara batin, (adab dalam batin anda) ketika anda menyampaikan kritik tidak boleh ada kebencian. Kenapa? Karena hidayah itu milik Allah swt, Dialah yang berhak membuka hati seseorang.
Misalnya ketika anda menyampaikan kritik, dan kritik anda diterima, lalu anda sangat senang karena kritik anda diterima, atau ketika kritik anda ditolak anda marah. Berarti kritik anda didasari oleh hawa nafsu.
Sampaikan argumen agar Allah meridhoi hatimu. ”Wamaa Yanthiqu ’anil hawa in huwa illa wahyu Yuuha.” (Rasulullah tidak pernah berucap karena dorongan hawa nafsu, melainkan karena dorongan wahyu yang diwahyukan padanya.”
Tanda seseorang menyampaikan argumen, nasehat, atau ajakan kebaikan, jika didasari nafsu adalah ketika seseorang itu sangat senang jika ide-idenya diterima, dan tidak senang ketika ditolak.
Namun anda bisa terbebas drai nafsu mengkritik atau nafsu menasehati, bila anda hanya ingin meraih ridho Allah Ta’ala, dan senang bila Allah meridhoi anda, bukan senang ketika orang lain ridho terhadap argument anda.
Kasih sayang harus mendasari kritik anda, memaafkan dan memohoinkan ampunan kepada Allah Ta’ala terhadap orang yang anda kritik, baru anda menyampaikan kritik tersebut. Jika tidak demikian, anda pasti emosi dan marah-marah.
Begitu juga ketika anda dikritik orang, anda pun harus mendengarkan dengan hati terbuka, siapa tahu ada sisi-sisi benarnya dibalik kritik mereka yang anda anggap salah. Mohonlah diberi hati yang terbuka untuk hidayahNya.